Hidup Ini Kejam


Hidup ini Kejam
Di suatu momen ketika harus mendorong-dorong koper melewati tangga lift yang panjang di antara keramaian orang-orang yang berlalu lalang. Lengkap dengan satu tas ransel di punggung dan satu jinjing tas besar di tangan sebelah kiri. Berdesak-desakkan di antara ratusan orang yang sedang mengejar waktu. 

Hidup ini Kejam
Ketika langkah ini jauh dari sebuah tempat yang selama ini membuat kita nyaman. Hidup sendiri di Kota orang tanpa orang tua dan dengan bekal seadanya. Ketika tidak ada lagi pemasukan rupiah yang selama ini bisa kita peroleh tanpa harus bekerja, kemudian terputus begitu saja tanpa ampun. 

Hidup ini Kejam
Ketika di pinggiran jendela kereta api duduk seorang diri memandangi indahnya persawahan yang hijau memukau. Menikmati rintik hujan yang mulai turun mengingatkan memori lama yg pergi jauh entah kemana.

Hidup ini Kejam
Ketika harus pandai menjaga diri di tengahnya hiruk pikuk keramaian kota orang. Bertanya kesana kemari tiada pegangan selain keyakinan bahwa Allah selalu ada di samping kita kapan pun dan dimana pun.

Hidup ini Kejam
Ketika beberapa orang memandangi diri ini yang melintasi anak tangga memikul tas besar di punggung, seolah berkata "sendirian aja mba?"

Saat hening datang, aku mencoba memandangi satu persatu segala peristiwa yang sudah terlalui beberapa saat yang lalu. Orang-orang yang berlalu lalang menenteng tas, ada yg berpakaian rapi, sepatu hitam mengkilat, atau setumpuk buku tebal di tangan. Seketika aku sadar bahwa mereka pun sedang memperjuangkan masa depan mereka sendiri. Setiap harinya, setiap orang yang ku jumpai di sini memikul mimpi yang sedang mereka rajut tanpa keluh. Mencoba menaklukkan kerasnya hidup ini. 
Kemudian aku ingat tahun sebelumnya aku masih menerima transferan uang tanpa harus susah payah bekerja. Semua ku nikmati tanpa beban meski hidup dirantau sekalipun.

Tapi kali ini (sembari melirik kartu ATM ku yang entah bisa bertahan berapa lama lagi, sudah lama tak diberi makan). Aku benar2 merasakan kerasnya hidup ini, entah tiba-tiba aku merinding membayangkan bahwa sudah saatnya aku memperjuangkan semuanya sendiri. Jatuh bangun akan ku nikmati melewati arus derasnya ombak kehidupan. 

Perantauan kali ini benar-benar terasa bagiku. Hidup di Kota orang aku tau bukan hal yang mudah. Meski saat ini persediaan ku masih memenuhi utk beberapa waktu ke depan, namun aku yakin ada masanya kartu ATM ku akan kembali bernyanyi-nyanyi, kejam kan?

Komentar

Postingan Populer