Ayo Menulis Fiksi
Bicara soal fiksi, pasti
terbayang dalam angan kita tentang beberapa jajaran buku novel, cerpen,
dongeng, dan karya tulis yang sifatnya khayalan/ imajinasi. Seru bukan jika
kita bisa menuangkan daya imajinasi kita dalam sebah cerita dan tulisan? Kemudian
bisa dibaca banyak orang plus dapat honor dari karya tersebut. Nah, sekarang
pertanyaanya gimana sih caranya supaya bisa menulis fiksi?
Sebelum menjawab
petanyaan tersebut, masih ingat kan mengenai pelatihan Forum Lingkar Pena pekan
lalu? Materi yang didapat pada pekan lalu adalah tentang puisi, dan berlanjut
pada pertemuan pekan ke dua yang diselenggarakan pada hari Minggu, 5 November
2017 masih di tempat yang sama di Jl. Gunung Batu Gang Mushola, Kota Bogor.
Kali ini materi yang diberikan adalah tentang karya fiksi. Para peserta
pelatihan kali ini nampak lebih antusias loh dari pekan lalu. Bagaimana tidak? Materi
yang akan dberikan ini tentu mengena sekali dengan jiwa-jiwa kita. Dimana masing-masing
orang pasti punya daya imajinasi tersendiri dan hanya kita yang tahu. Alangkah
menariknya jika mulai saat ini kita tuangkan dalam bentuk karya fiksi.
Pemateri kali ini adalah
seorang penulis karya fiksi yang sudah lama berkecimpung di dunia kepenulisan.
Wanita tersebut bernama Sih Wikaningtyas yang lebih akrab disapa Wikan. Ibu
Wikan sendiri merupakan Ketua Forum Lingkar Pena periode 2003-2007. Beliau mulai
menulis fiksi dengan membuat sebuah cerpen. Karya-karya beliau pernah dimuat di
majalah Annida dan Sabili, beberapa judulnya antara lain “Merengkuh Fajar”, “Sesungguhnya
“Pertolongan Allah Itu Dekat”, “Kaos Kaki Abah”, Becak”, “Pijar Redup”, dan
masih banyak lagi yang lainnya.
Menurut Ibu Wikan, “menulis
dapat memberikan banyak dampak bagi seseorang, diantaranya memicu kreatifitas,
meningkatkan percaya diri, menjadi profesi, menambah uang saku, serta dapat
menjadi amalan yang tak pernah putus”.
Amalan yang tak pernah
putus maksudnya gimana ya?
Maksudnya adalah jika
kita membuat suatu karya tulis misalnya dengan isi yang memotivasi dan mengajak
pada kebaikan, maka secara tidak langsung kita telah memberikan dampak positif
bagi si pembaca. Kemudian si pembaca berbagi kepada orang lain, maka otomatis
ilmu tersebut mengalir, yaitu ilmu yag didapat dari membaca tulisan kita.
Ibu Wikan sendiri awalnya
menulis karena ketidaksengajaan. Beliau menuliskan sebuah cepen lalu
mengirimkannya ke sebuah majalah, dan beliau tidak menyangka bahwa karya beliau
dimuat di majalah tersebut.
“Saya mulai rajin menulis
saat itu, salah satunya ya karena selain menyenangkan juga dapat honor, hehe”
ujar Bu Wikan.
Ketika tiba sesi tanya
jawab, para peserta pelatihan begitu antusias dengan pertanyaan-pertanyaan. Hampir
semua peserta mengajukan pertanyaan yang menarik. Mengenai cara bagaimana agar
kita bisa komitmen dalam menulis, bagaimana memuncukan ide-ide kreatif dalam
menulis, hingga sharing mengenai tips menulis novel agar bisa konsisten setiap
waktu karena terkadang sering timbul rasa malas yang dapat menghambat seseorang
dalam menulis.
Setelah usai sesi tanya
jawab, Bu Wikan menantang peserta untuk membuat sebuah cerpen. Dimana beliau
sudah mempersiapkan outline dengan tema “ojek online” minimal cerpen yang
dibuat harus 5 paragraf, karena keterbatasan waktu yang sudah sangat mepet,
peserta hanya diberikan waktu kurang lebih 15 menit, wah amazing sekali ya
menulis cerpen hanya dalam waktu 15 menit?
Selain itu, bu Wikan juga
menjanjikan akan memberikan sebuah buku karyanya untuk 2 cerpen terbaik. Tentu
saja hal itu membuat peserta semakin antusias dan berusaha semaksimal mungkin
meski dengan waktu yang begitu minim.
Setelah panitia
membagikan kertas, maka peserta dipersilahkan untuk mulai menulis. 15 menit
berjalan tanpa terasa, beberapa ada yang sudah mengumpulkan dan ada juga yang
minta tambahan sedikit waktu, hehee.
Sekitar pukul 12.10 semua
cerpen sudah terkumpul dan dikoreksi oleh Bu Wikan, dan tibalah saatnya
pemberitahuan 2 cerpen terbaik. Maka disebutkanlah 2 orang yang berhak
mendapatkan hadiah buku dari Bu Wikan, peserta itu bernama Mbak Feti (saya
sendiri,hehe) dan Mbak Via. Wah senang sekali rasanya bisa dapat buku gratis
plus tanda tangan dari penulisnya.
Seperti kalimat motivasi yang
disampaikan oleh Pak Her mengenai “IKIGAI”,
yaitu ketika kita menemukan 4 irisan dalam diri kita, 4 irisan tersebut
mencakup apa yang kita sukai, kuasai, butuhkan, mendapatkan hasil berupa
bayaran. Tentu memuaskan bukan?
“Dan ketika kita telah
menemukan passion, ikigai, dalam diri kita, maka kebahagiaan lah yang akan kita
raih, ujar Pak Her dalam materi motivasinya.
Usai pemberian hadiah
buku, dilanjutkan dengan sesi foto bersama Bu Wikan dan para peserta dan
panitia FLP. Para peserta sangat puas dengan materi hari itu, terlebih peserta
dengan predikat cerpen terbaik yang sedang merasa bahagia menggenggam sebuh
buku di tangan mereka. Dengan adanya pelatihan menulis fiksi ini, mereka
berharap bisa lebih fokus dalam menulis, karena menulis fiksi butuh waktu yang
sangat banyak, serta keuletan dan kesabaran, konsistensi, dan komitmen
tentunya. Tetap semangat deh pastinya !
Pemberian buku kepada Feti
Pemberian buku kepada Via
Sesi foto peserta pelatihan, panitia, dan Bu Wikan selaku pemateri
Komentar
Posting Komentar