Bujang Si Jagal Nomor 1
RESENSI
Kali ini saya akan mencoba belajar untuk meresensi sebuah buku dari seorang penulis favorit saya, yaitu Darwis Tere Liye. Ada banyak koleksi buku Tere Liye yang saya punya, namun saya memilih buku ini karena ceritanya menarik sekali, seolah membawa saya ke ruang imajinasi seperti di film-fil action luar negeri yang pernah saya tonton. Karena masih dalam tahap pembelajaran, pastinya akan banyak sekali kesalahan yang ada di tulisan yang saya buat ini. Mohon koreksinya ya teman-teman pembaca :)
Kali ini saya akan mencoba belajar untuk meresensi sebuah buku dari seorang penulis favorit saya, yaitu Darwis Tere Liye. Ada banyak koleksi buku Tere Liye yang saya punya, namun saya memilih buku ini karena ceritanya menarik sekali, seolah membawa saya ke ruang imajinasi seperti di film-fil action luar negeri yang pernah saya tonton. Karena masih dalam tahap pembelajaran, pastinya akan banyak sekali kesalahan yang ada di tulisan yang saya buat ini. Mohon koreksinya ya teman-teman pembaca :)
Judul :
Pulang
Pengarang : Darwis Tere Liye
Penerbit : Republika
Tahun : Cetakan I, September 2015
Cetakan II, Oktober 2015
Tebal : iv+ 400 halaman ; 13,5x20,5 cm
ISBN : 978-602-03-2478-4
Peresensi : Tunjung Feti Sari
BUJANG,
SI JAGAL NOMOR 1
“Darwis
Tere Liye”, seorang penulis yang kerap kali karyanya mendapat predikat best seller, kali ini kembali
menghipnotis pembaca setianya dengan buku berjudul “Pulang”. Karya-karya dari
seorang penulis yang akrab disapa Tere Liye ini kebanyakan ber-genre romantis,
namun kali ini dengan buku yang berjudul Pulang tersebut justru menampilkan
suatu cerita yang menegangkan, penuh kriminalitas, yang jika diresapi seolah
membawa pembacanya seperti menonton sebuah film action.
Dalam
novel tersebut, terkisah seorang anak laki-laki bernama Bujang. Bujang yang
sejak kecil terbiasa hidup jauh dari hiruk pikuknya perkotaan dikarenakan kedua
orang tuanya memang memilih untuk tinggal di sebuah kampung di dekat hutan yang
sangat lebat. Bujang tumbuh menjadi anak laki-laki yang tangguh, meski pada
saat itu usianya masih 15 tahun, namun ia memiliki tubuh yang kuat dan gagah,
dan siapa sangka perawakan tersebut ia miliki karena dirinya adalah keturunan
murni dari si jagal nomor satu di Ibu Kota. Kakek dan ayah Bujang adalah
seorang tukang pukul terkemuka semasa mudanya. “Sebut saja namanya maka semua orang
akan menutup rumah, mematikan lampu-lampu, dan terkencing-kencing,”begitu
katanya”. Namun Bujang tidak pernah tahu akan hal itu. Bahkan Ibunya tidak
pernah sekalipun memperbolehkan Bujang untuk berurusan dengan hal-hal yang
membahayakan, jangankan menjadi tukang pukul, pergi ke hutan saja Bujang tidak
akan diizinkan ibunya. Ibunya ingin agar Bujang menjadi anak yang baik tidak
seperti ayahnya menjadi tukang pukul. Tetapi malangnya dengan keterbatasan
tempat tinggalnya, Bujang tidak pernah merasakan bangku sekolah. Hingga akhirnya
takdir berkata lain, Bujang pun mengetahui semua latar belakang orangtuanya,
terutama ayahnya yang seorang tukang pukul, ia akhirnya tahu bahwa darah tukang
pukul tersebut mengalir pada dirinya, semua itu tak bisa sirna ataupun
ditutup-tutupi.
Sebut
saja Tauke Muda, anak dari Tauke Besar majikan ayahnya dulu, sekaligus sahabat
ayah Bujang. Ia datang bersama rombongan dari kota untuk berburu di hutan. Setelah
bercakap-cakap cukup panjang dan bernostalgia tentang masalalu dengan ayah Bujang,
rombongan tersebut memutuskan untuk berangkat ke hutan. Dalam perjalanan kali
ini, Tauke Muda mengajak serta Bujang. Dalam perburuan inilah Bujang mengetahui
siapa ayahnya, dan ia menemukan sebuah bukti bahwa dirinya memang mewarisi
darah si jagal nomor 1, yaitu dengan mengalahkan 4 ekor babi raksasa dengan
tangannya sendiri di usianya yang masih sangat muda. Dengan kejadian tersebut,
Tauke Muda pun mengadopsi Bujang dan membawanya ke kota.
Banyak
hal menakjubkan terjadi seiring dengan pertumbuhan Bujang. Selain ia tumbuh
menjadi pria yang tangguh, ternyata Bujang memilki otak yang jenius. Ketertinggalannya
selama ini di dunia pendidikan telah terlampaui dengan cepat, bahkan
melebihinya. Tauke Muda memberikan Bujang seorang pengajar dari Amerika. Namun darah
tukang pukul tetap tak bisa dihilangkan, meskipun Tauke Muda tidak mengizinkan
Bujang menjadi seorang tukang pukul, namun dengan sebuah perjanjian Bujang pun
menjadi seorang tukang pukul yang tidak hanya tukang pukul biasa. Kejeniusannya
lebih menakutkan dari sekedar tukang pukul, ia tumbuh menjadi tukang pukul
kelas atas. Ketertarikannya di dunia “shadow
economy”, dan bisnis-bisnis hitam menjadi hantu bagi lawan-lawannya,
menakutkan para pemerintah negara, serta pemilik-pemilik saham dari dalam dan
luar negeri.
Bisnis
Tauke Muda pun merebak dimana-mana bagaikan jamur di musim hujan. Ia telak
mengalahkan musuh-musuhnya berkat campur tangan Bujang. Tidak ada yang tidak
mengenalnya, tidak ada yang tidak segan padanya. Bisnis mengerikan ini terus
berlanjut hingga akhirnya Tauke Muda jatuh sakit di usianya yang sudah memasuki
senja, ia pun meminta Bujang untuk menggantikan posisinya sebaga seorang Tauke,
namun Bujang menolaknya, dia lebih suka menjadi dirinya sendiri.
Saat
mengetahui Tauke Muda jatuh sakit, musuh-musuh pun mulai merencanakan
strategi-strategi penyerangan. Hingga akhirnya terjadi pengkhianatan dari pihak
Tauke Muda itu sendiri. Anak buahnya yang selama ini dipercayainya, sekaligus
sahabat bagi Bujang mengkhianati dan melakukan penyerangan yang menyebabkan
tewanya Tauke Muda.
Ada
hal-hal yang membuat Bujang merasa sedih dalam hidupnya, yang pertama saat ia
kehilangan ibunya, kemudian disusul leh ayahnya, dan tewasnya Tauke Muda. Kejadian
penyerangan tersebut telah menghancurkan seluruh markas Tauke Muda. Namun takdir
masih berpihak pada Bujang. Ia selamat dan bertemu dengan Tuanku Imam yang
akhirnya membawa dirinya untuk pulang ke tempat yang sejatinya ia harus pulang.
Cerita
yang dikemas sangat bagus sekali. Selain menegangkan, juga menyimpan banyak
pesan moral. Di dalamnya juga berisi ilmu-ilmu pengetahuan di bidang ekonomi,
dan teknologi mutakhir, sangat menarik sekali. Nuansa keberanian,
ketegasan,kesedihan, juga turut melengkapi cerita di dalamnya. Membuat pembaca
seolah mendramatisir dan masuk ke ruang imajinasi.
Sudah
menjadi ciri khas dari novel karangan Tere Liye dengan judul yang sangat singkat
, “Pulang”. Mungkin bagi pembaca yang belum mengenal bukunya akan kurang
tertarik jika hanya membaca judulnya. Padahal banyak pembaca yang awalnya
tetarik pada judul buku sebelum membaca ke bagian isi.
Komentar
Posting Komentar